🌹Ibu rumah tangga itu beban suami.
Kata siapa?
Sering kali saya melihat iklan wanita berbisnis yang memposting iklannya di media sosial dengan caption
" Mau beli ini, itu aja, mesti izin suami "Ayo Bisnis….!
"Ayo berbisnis, masa mo beli martabak aja, mesti nunggu suami!". Yah, kurang lebih begitulah kira-kira redaksinya.
Dan lebih parahnya lagi, kalimat-kalimat seperti itu bikin sebagian kaum istri apalagi jadi ibu rumah tangga merasa "rendah diri".
Akhirnya berdampak pada perannya jadi istri. Saya bilang sebagian, karena saya termasuk yang memilih jadi Ibu rumah tangga karena pilihan sadar, ada misi keluarga yang ingin dicapai.
Tapi apakah benar bahwa jadi ibu rumah tangga itu beban suami? Kata siapa?
Kalau kalimatnya keluar dari mulut para lelaki. Maka jelas bahwa sang lelaki belum paham esensi menjadi pemimpin. Kalau keluar dari mulut para ibu rumah tangga. Maka, secara pribadi belum mengenal dirinya sendiri. Kalau kalimat diatas keluar dari mulut para wanita berbisnis. Sudah pasti tujuannya hanya keuntungan.
Ini sebuah fenomena yang tidak sederhana. Tapi saya pikir akarnya bukan masalah ekonomi tapi lebih kepada hilangnya fitrah kelaki-lakian.
Lelaki hari ini sebagian tidak punya jiwa kepemimpinan.
Wanita berbisnispun selama ia memiliki suami. Maka pastikan itu adalah hasil dari bertukar pikiran. Sehingga berbisnis adalah jalan tolong menolong dalam kebaikan.
Kalau wanita sudah tidak bersuami.
Maka berbisnis adalah cara yang bermartabat menjaga harga diri.
Jika memilih jadi ibu rumah tangga.
Maka pastikan itu pilihan sadar. Bersama suami berbagi tugas karena ada misi rumah tangga yang dibawa.
Tapi kalau jadi ibu rumah tangga yang minder. Maka segera cari lingkungan yang sehat. Bergabung pada komunitas positif. Belajar keahlian baru.
Dunia rumah tangga, bukan lagi bicara keakuan. Siapa jadi beban siapa.
Tapi bicara tanggung jawab.
Suami berkewajiban menafkahi istri bukan memberi upah.
Memberi nafkah artinya istri berbisnis ataupun tidak suami tetap berkewajiban memberikan nafkah lahir batin sandang, pangan, papan. Sesuai kemampuannya.
Memberi upah artinya memberikan istri sejumlah uang karena sudah melayani kalau kurang cari sendiri.
Berapa banyak wanita akhirnya memilih berbisnis karena suami tidak bertanggung jawab memberikan nafkah.
Berapa banyak istri-istri yang tidak lagi hormat pada suami, karena suami hilang wibawanya.
Berapa banyak para suami yang egonya tercederai hanya karena istri lebih unggul.
Berapa banyak wanita yang akhirnya minder, putus asa, mengakhiri hidup bahkan membawa mati anak-anaknya.
Sang istri bukan hanya kurang iman, percaya pada suami pada cita-cita diri sendiri. Tapi tidak ada imam. Yang mendengar, mendukung, berempati, membersamai, menunjukkan, melindungi, mendidik, mengayomi.
Wanita hanya perlu dibimbing oleh
laki-laki yang kuat jiwa raganya.
Lelaki yang cara dia memandang sesama dan kehidupan ini dengan cara pandang penyayang dan pelindung.
Seperti cara Tuhan memandang hambanya.
Ar Rahman Ar Rohim.
Karena dengan cara pandang itu lelaki akan menjadi tingginya langit tanpa perlu dijelaskan dan menjadi dalamnya laut tanpa merasa tersingkirkan.
Selesai🧡