Paket Hidup
Kalau baca atau lihat berita sekarang yang lebih mengerikan itu bukan covidnya tapi dampak dari si covid itu. Ngeri ya Allah.
Perlahan saya membatasi berita sedih, amarah dan hanya melihat, mendengar atau membaca berita gembira. Seperti menerima berita teman yang baru saja menikah, sedang hamil, teman sedang merintis bisnis, teman punya rumah baru. Jadi mood bisa terkondisikan. Ikut bahagia.
Disituasi pandemic seperti ini.
Tidak selalu rumput tetangga itu hijau ada juga yang kian menguning.
Rumput hijau adalah mereka yang bisa terus makan, bisa tetap berbelanja, bisa setok makanan, bisa bereksperimen sedangkan rumput yang kuning adalah mereka yang harus putar otak bagaimana menjalani hidup.
Paket hidup senang beserta susah yang Allah kasih ke saya adalah seperti ini. Dan paket hidup senang dan susah yang Allah kasih ke A dan B adalah seperti itu.
Sebuah refleksi yang melahirkan rasa syukur atas semua kemewahan yang kita punya. Bisa makan tiap hari adalah kemewahan sementara banyak yang tidak punya makanan. Bisa cuci tangan pakai sabun dan air adalah kemewahan sementara banyak orang yang kesulitan air bersih, bisa tenang di rumah adalah kemewahan karena tidak semua orang punya rumah.
Perlahan saya mulai memahami bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita adalah memang untuk kita. Susah senang itu adalah paket hidup yang mesti kita jalani. Begitupun yang terjadi kepada orang lain. Renungan ini penting karena dengan begitu kita tidak mudah berkata “enak sekali sih jadi dia” atau "kasian sekali sih jadi dia".
Karena enak atau kasihan dengan hidup orang itu mengandung pelajaran yang banyak sekali. Paket hidup yang membuat manusia bertumbuh, menakar rasa syukur dan menilai diri sendiri lulus jadi manusia atau kehilangan kemanusiaan.