Kenapa Harus Ibumu, Ibumu, Ibumu?
Ketika sahabat bertanya kepada Rosullulah siapa yang harus aku dahului ya Rosulullah Ibu atau bapakku, pertanyaan yang terlontar tiga kali dan dijawab Rosullullah dengan tiga kali jawaban yang sama. Ibumu, ibumu, ibumu lalu bapakmu.
Sebagai anak perempuan yang cinta pertamaku adalah bapak, jawaban Rosulullah ini membuatku harus mencerna sangat dalam mengapa tidak seimbang saja, bapak dan Ibu. Bapak mencari nafkah, banting tulang untuk menghidupi keluarga.
Lalu menyadari bahwa pernyataan Rosulullah ini bukan dalam konteks Qowwam yang secara umum mengambarkan pola hubungan dan tanggung jawab dalam keluarga. Tetapi jawaban filosofis yang menggambarkan bahwa emosi seorang ibu sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak, seorang individu baru.
Penerimaan seorang ibu terhadap anaknya adalah akar harga diri itu di mulai.
Harga diri dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah nilai diri. Dan nilai diri itu dimulai dari bagaimana ibunya merespon tangisannya, mendekapnya, menatapnya, berbicara denganya, sampai cara ibunya memanggil namanya.
Kalau kehadiran seorang anak menjadikan seorang Ibu merasa aktifitasnya terhambat, tidak bebas lagi mengaktualisasikan diri, gerah ditempeli anak berjam-jam, disinilah lahir individu yang mudah di bulli dan membulli.
Siapa yang harus aku dahulukan ya Rosul? Ibumu, ibumu, ibumu dalam rangka menjaga emosi seorang ibu stabil agar bisa merawat generasi penerus yang kuat mentalnya.
Ya Allah berat sekali jadi perempuan, jika tidak disibukkan dengan Ilmu agama dan pengembangan diri, waktunya tersita oleh prasangka.
------Rima Rumata------