Ketika seorang ibu bahagia dengan perannya, ia tidak sedang mengorbankan dirinya untuk masa depan anaknya.
ia sedang berproses untuk menumbuhkan fitrah yang selama ini tersembunyi atau sudah tumbuh tapi belum terasah
menjadi versi terbaik dari dirinya.
Di zaman sekarang, ibu di rumah semestinya bisa terus belajar, menumbuhkan diri, dan mengasah potensinya, sehingga menjadi pribadi yang utuh dan kuat. Karena manusia sebagaimana Allah ciptakan seharusnya bisa berkembang, berproses, dan mengekspresikan potensi terbaiknya, bukan sekadar hidup atau bertahan, tapi menjadi pribadi yang berkembang penuh, menemukan kekuatan, kelebihan, dan karakter uniknya.
Dalam konteks ibu berarti, saat ia bahagia dan mengenal diri, ia mampu memberikan kasih sayang yang berkualitas, sehingga anak tumbuh optimal—bukan karena pengorbanan, tapi karena energi dan potensi ibunya penuh dan terasah.
Ibu Feeling (F) → mengasah empati, belajar memahami dan merespons perasaan anak dengan tulus.
Ibu Thinking (T) → mengasah kepakaran, mampu merencanakan dan mengambil keputusan tepat dalam pengasuhan.
Ibu Insting (I) → mengasah jiwa sosial, menumbuhkan keterhubungan dan rasa peduli anak terhadap lingkungan sosial.
Ibu Intuiting (N) → mengasah ketajaman pikiran dan emosi, mampu membaca situasi dan kebutuhan anak dengan presisi.
Ibu Sensing (S) → mengasah ketelitian, memperhatikan detail dan konsistensi dalam pengasuhan sehari-hari.
Bayangkan jika seorang ibu merasa berkorban dengan perannya, ia tidak hanya mengerdilkan dirinya sendiri (padahal Allah memuliakanya), tetapi juga anaknya.
-----Rima Rumata-----
#akademitrainerofficial #Insightinspirasiperempuan #GerakanKontenBaik #akademitrainer #SpeakToChange #GrowAndContribute #familyjourney #family #storyteller #stifingenetikfakfak #stifingenetic #pengingatdiri