Akhir Pekan di Antara Mama-Mama Kampung: Belajar Bahasa Hati
Akhir pekan ini, saya memutuskan untuk bergabung dengan WIA (Wanita Islam Alkhairat), sebuah organisasi yang berfokus pada pendidikan anak usia dini dan dakwah di kampung. Ada panggilan batin yang membawa saya ke sana, meskipun ada keraguan ketika diminta mengisi sesi untuk mama-mama kampung.
Saya, yang terbiasa berbicara dengan bahasa buku, tiba-tiba dihadapkan pada realitas di mana kata-kata indah dan teori panjang kehilangan maknanya. Mama-mama kampung tidak butuh kalimat berbunga atau konsep kompleks, mereka butuh bahasa yang sederhana, ringan, dan diulang-ulang sama seperti anak di tujuh tahun pertamanya.
Di sini, saya menemukan sebuah hikmah: memahami anak usia dini ternyata sama seperti memahami mama-mama kampung. Keduanya tidak datang untuk diubah, tetapi untuk didengar. Mereka adalah jiwa-jiwa yang membawa cerita hidup dalam diam.
Berbicara dengan mereka bukanlah tentang memberi mereka "petunjuk baru", melainkan tentang menyemangati jiwa yang hampir padam. Mereka bukan kurang pengetahuan, melainkan seringkali kelelahan oleh kehidupan yang tak memberi banyak jeda.
Satu hal yang membuat hati saya tenang di tengah sesi ini adalah kesadaran bahwa dakwah bukan sekadar tentang berbicara, tetapi tentang hadir, mendengar, dan merasakan bersama. Mama-mama kampung bukan kanvas kosong yang siap diisi, mereka adalah buku-buku hidup yang siap dibaca dengan kesabaran dan kelembutan.
Terimakasih Wia Fakfak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar