Jumat, 25 Juli 2025

Mekah






Setiap anak membawa filosofi namanya sendiri. Bagi kami, nama Mekah adalah Doa pengharapan, bukan hanya sekali terucap. Setiap malam, sebelum terlelap, Abang Jadid selalu berdoa, “Ya Allah, Abang Jadid mau adek...” Doa yang terdengar sederhana, tapi diulang-ulang dengan kesungguhan seorang anak yang percaya Allah Maha Mendengar.

Sementara Baba meniatkan perjalanan umrah meminta anugerah seorang anak.

Maka, saat langkah-langkah menuju Tanah Suci, membawa doa yang sama, dari dua hati yang berbeda usia, Baba dan Abang Jadid, mempersiapkan diri untuk memohon dengan sungguh-sungguh. 

Allah Maha Mendengar, bahkan sebelum kaki ini menapaki halaman Masjidil Haram, kabar bahagia itu sudah lebih dulu hadir. Allah telah menitipkan seorang jiwa kecil di rahim ini. 

Dan di sana, di negeri Syam tempat para nabi pernah menjejakkan kaki, seakan permohonan seorang ayah berpadu dengan jejak-jejak sejarah, melahirkan nama yang menjadi pengingat selamanya.

"Mekah Syam Rumalolas" 

Anak yang diminta di Mekah, dalam perjalanan mengikuti jejak para nabi di negeri Syam. 

Selamat Datang Nak

Namamu adalah cerita perjalanan, bukti cinta dan pengharapan yang Allah kabulkan dengan cara-Nya yang paling indah. Allahuma Baarik.

Selamat Hari Anak Nasional: 1000 Hari Pertama dan Anak yang Sehat Mental

 



--Selamat Hari Anak Nasional: 1000 Hari Pertama dan Anak yang Sehat Mental

Anak yang sehat mental bukanlah anak yang harus selalu bahagia.

Tapi anak yang mampu menghadapi tekanan hidup dan mengelolanya.

Dan kemampuan itu, tidak datang begitu saja.

Ia ditanamkan sejak hari pertama kehidupan—bahkan sejak dalam kandungan—hingga genap 1000 hari pertama usianya.

Dua tahun pertama, disempurnakan dengan menyusui, adalah masa pembentukan pondasi emosi yang tak tergantikan. Bukan hanya nutrisi yang diberikan ibu, tapi juga rasa aman, kehadiran, dan cinta yang mengalir lewat dekapan hangat, pelukan lembut, dan respon terhadap tangisan.

Banyak yang terjebak dalam anggapan bahwa bayi hanya tidur sepanjang hari. Padahal justru di masa itu, bayi sedang belajar percaya pada dunia.

Belajar, apakah dunia ini aman?

Apakah aku diterima?

Apakah aku dicintai?

Jawabannya tidak datang lewat kata-kata, tapi lewat perlakuan ayah dan ibu.

Bagaimana ibu menjawab tangisnya.

Bagaimana ayah menatapnya dengan cinta.

Bagaimana keduanya bersyukur atas kehadirannya, bukan mengeluh karena hidup jadi lebih melelahkan.

Inilah yang menjadi akar dari perasaan bahwa “Aku berharga.”

Dan dari situlah tumbuh kemampuan untuk mencintai diri sendiri.

Sesuatu yang kini mulai langka.

Maka di Hari Anak Nasional ini, mari kita kembalikan makna pengasuhan di 1000 hari pertama sebagai pondasi kesehatan mental anak.

Karena masa depan bangsa ditentukan oleh anak-anak yang mampu menghadapi hidup—bukan yang disiapkan hanya untuk menang, tapi juga tangguh saat kalah.

Dan itu dimulai…

dari pelukan seorang ibu dan hadirnya seorang ayah.


✍️ Rima Rumata

#akademitrainerofficial #GerakanKontenBaik #akademitrainer #SpeakToChange #GrowAndContribute #familyjourney #storyteller #stifingenetikfakfak #stifingenetic

Bau Tangan










Bau Tangan? Bukan, Itu Bau Kehadiran.

Banyak yang masih percaya:“Jangan sering-sering digendong anak bayi, nanti bau tangan, susah mandiri.”

Ternyata justru anak yang cukup melekat di awal, akan lebih siap mandiri di kemudian hari.

Usia bayi adalah fase melekat, fase di mana anak belajar merasa aman lewat pelukan, gendongan, dan respon penuh kasih dari orang dewasa.

Lewat itu semua, ia belajar:

"Aku dicintai."

"Aku penting."

"Dunia ini aman."


Yang berbahaya justru ketika bayi terbiasa diabaikan tangisannya, dibiarkan sendirian asal tidak rewel. Seolah diamnya anak adalah tanda baik-baik saja, padahal bisa jadi ia sedang belajar:

"Aku tak penting."

"Aku sendirian."

"Aku harus menahan semua sendiri."

Pengabaian di usia bayi bukan hal sepele itu luka pertama. Luka yang diam-diam membentuk anak menjadi pribadi yang pencemas, mudah tersinggung, atau justru kehilangan kepercayaan diri.

Dampaknya? Kita lihat hari ini:

Anak-anak yang mudah membully tanpa empati, atau justru tak mampu membela diri saat dibully. Bahkan ada yang begitu rapuh hingga merasa lebih baik tak ada alias bundir.

Bukan karena mereka lemah, tapi karena tak pernah merasa aman sejak kecil.

Jadi, pelukan, gendongan, dan hadirnya orangtua di awal adalah kebutuhan dasar, bukan memanjakan. Bagian dari cara anak belajar bahwa dunia ini aman, bahwa dirinya berharga.

Melekat dulu, baru percaya diri, mandiri. 


✍️ Rima Rumata

#akademitrainerofficial #GerakanKontenBaik #akademitrainer #SpeakToChange #GrowAndContribute #familyjourney #storyteller #stifingenetikfakfak #stifingenetic #Pengingatdiri



"Sayur Kangkung Mama"

 "Sayur Kangkung Mama"  Saya nonton sebuah video yang menanyakan, “Kenangan indah apa yang paling membekas bersama bapak dan ibu?”...