Dulu, pengasuhan kita keras atau yang sering disebut parenting ala VOC, Kita pikir itulah cara paling efektif membuat anak patuh. Kita merasa semuanya akan baik-baik saja.Toh kita tumbuh, sekolah, bahkan mungkin sukses.
Namun ternyata, “baik-baik saja” itu tidak selalu berarti kita membawa tabungan emosi yang aman. Ada bagian dalam diri yang menyimpan takut, marah, atau rasa tidak cukup dan semuanya muncul saat kita menjadi orang tua. Tidak hanya dalam pengasuhan, tetapi juga dalam hubungan rumah tangga.
Bentuknya bisa halus seperti menurut kita anak susah diatur, bisa juga menyakitkan seperti perselingkuhan, pergaulan bebas, kontrol berlebihan, sikap dingin, kebutuhan selalu menang, KDRT, atau silent treatment.
Karena itu, meski kita sudah belajar parenting, baca buku, ikut kelas, bahkan hafal teori, saat berada di bawah tekanan atau kelelahan yang keluar tetap refleks lama: marah, membentak, menuntut anak untuk sempurna.
Bukan karena kita tidak cinta, tapi karena tabungan masa kecil kita dulu belum terisi dengan rasa aman. Memori masa kecil memutar ulang pola bertahan hidup yang dulu kita pakai dan tanpa sadar, pola itu diwariskan lagi pada anak
Maka kalau hari ini pernikahan atau mendidik anak bikin kita kepayahan. Jangan-jangan, tabungan masa kecil kitalah yang sedang meminta diperbaiki, ingin di asuh kembali.
Sebab ketika kita mengasuh diri, kita sedang menata ulang tabungan masa kecil di dalam diri kita memperbaiki bagian yang retak, mengisi ruang yang dulu kosong. Dan dari sanalah anak-anak kita mendapatkan tabungan masa kecil yang hangat, diterima, dan penuh rasa aman sehingga tidak mengulang pola yang sama, ketika mereka jadi orangtua juga.
Laa haulaa walaa quwwata illa billah.
✍️ Rima Rumata
#familyjourney #storyteller #stifingenetikfakfak #stifingenetic #Pengingatdiri #bagicerita

.jpg)





















