Saya teringat kelas ParenTHINK mbak Maya yang menampar lembut dengan satu pertanyaan:
“Belajar parenting supaya apa?”
Apakah sungguh untuk memahami anak atau supaya orang lain melihat kita sebagai orangtua yang berhasil?
Benar bahwa, orangtua tua mana yang ingin anaknya menderita. Namun, sering tanpa sadar, niat baik itu berubah jadi kendali. Anak diarahkan ke sekolah ini, jurusan itu, pekerjaan yang “pasti”.
Yang akhirnya …Ia belajar, tapi hatinya tidak hidup. Ia bekerja, tapi hatinya tidak disana.
Perlahan, kita mulai melihat tanda-tanda kelelahan jiwa di sekitar kita. Anak-anak yang sekolah tinggi tapi hatinya kosong. Anak-anak pintar tapi kehilangan arah sehingga mudah membuli atau bekerja bukan karena panggilan hidup, melainkan demi gengsi dan pengakuan.
Orangtua begitu semangat mendorong anak untuk berhasil versi dunia, tapi sering lupa memberi ruang agar anak merasa dimengerti, agar ia tidak kehilangan arah jiwanya sendiri.
Saya sedang menyadarkan diri sendiri bahwa sesungguhnya belajar parenting bukan untuk mengontrol anak, tapi untuk menjinakkan ego sendiri. Mendampingi anak tumbuh sesuai fitrahnya karena setiap jiwa punya alasan mengapa ia diciptakan Allah. Tidak ada yang kebetulan.
Laa Haula Wallaquwwata Illah Billah...
✍️ Rima Rumata
#familyjourney #storyteller #stifingenetikfakfak #stifingenetic #Pengingatdiri #bagicerita





Tidak ada komentar:
Posting Komentar