Selasa, 21 Oktober 2025

Belajar = Mengisi Jiwa.

 Hari ini, berita tentang dunia pendidikan membuat dada sesak.

Seorang siswa SMP ditampar karena merokok. 

Seorang mahasiswa di Bali memilih mengakhiri hidup karena diejek.

Seorang kepala sekolah tahfiz menodai kehormatan anak didiknya.

Tiga peristiwa yang tampak berbeda, tapi sesungguhnya bersumber dari akar yang sama: Dunia pendidikan, dunia belajar.

Maka pertanyaannya bukan lagi, “Berapa lama kita belajar di sekolah?”

Tapi, “Apakah selama ini kita benar-benar belajar?”

Seperti perintah pertama Allah kepada manusia "Iqro" Belajarlah. Yang hari ini, pendidikan “Iqra’' disalahpahami menjadi sekedar mengejar gelar.

Padahal posisi belajar dalam islam seperti ibadah sholat, yang hanya boleh berhenti ketika manusia meninggal.

Bukan sekadar proses menambah pengetahuan, tapi proses menyadarkan jiwa. Belajar membuka mata hati untuk mengenal Allah melalui segala ciptaan-Nya. Manusia, peristiwa, bahkan luka adalah pelajaran yang perlu dibaca.

Bacalah dirimu.

Bacalah orang lain.

Bacalah makna di balik setiap ujian.

Belajar dalam islam adalah mengisi jiwa dengan makna. 

- Orang tua yang jiwanya terisi akan ingin memperbaiki diri karena merasa kurang ilmu jadi orangtua. 

- Anak yang jiwanya terisi tidak mencari pengakuan lewat hal-hal yang merusak dirinya

- Guru yang jiwanya terisi tidak akan menampar murid yang hilang arah.

-Teman yang jiwanya terisi tidak akan menertawakan luka orang lain.

- Pendidik yang jiwanya terisi tidak akan melakukan hal rendah pada siswanya.


(Refleksi Belajar di kelas : Hakikat Anak Dalam Islam Oleh Ibu Maya Sukma Kiat )


✍️ Rima Rumata

#familyjourney #storyteller #stifingenetikfakfak #stifingenetic #Pengingatdiri #bagicerita






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dan Negara yang baik dimulai dari manusia unggul berkualitas.

Dan Negara yang baik dimulai dari manusia unggul berkualitas. Kualitas manusia dimulai dari keluarga yang sehat mental. Keluarga yang sehat ...