Selasa, 21 Oktober 2025

Mengenal Diri = Mengisi Gelas Jiwa

Awalnya, mengenal diri memang fondasi. Tapi fondasi bukan berarti selesai — ia baru seperti gelas kosong yang siap diisi. Setelah menikah, menjadi ibu, kita sedang mengisi gelas-gelas baru dalam perjalanan hidup. 

Jadi bukan berarti kita tidak perlu belajar mengenal diri lagi, tapi justru kita mengenal diri di lapisan yang lebih dalam.

Setiap fase hidup membuka lapisan baru dari pertanyaan besar “siapa saya sebenarnya”. Kegalauan - kagalauan yang sebaiknya kita cari jawabannya. 

Saat lajang, kita belajar mengisi gelas personal — mengenali isi dan kebutuhan jiwa sendiri.

Saat menikah, kita mulai mengisi gelas relasional — belajar bagaimana dua gelas saling menuangkan dan menampung tanpa tumpah.

Saat menjadi ibu, kita menjalani gelas pengasuhan — bagaimana dari gelas kita mengalir kasih dan makna yang menumbuhkan kehidupan lain.

Dan ketika anak-anak mulai mandiri, tibalah saatnya gelas universal — saat isi gelas kita, ingin mengalir untuk manusia dan untuk Allah. Dari bekal fitrah, bakat, dan pengalaman hidup.

Maka, mengenal diri bukan sekadar tahu siapa kita, tapi menjaga agar gelas jiwa terus terisi dan tidak bocor. Karena gelas itu ibarat bola kaca bening di dalam hati — zaujajah, tempat cahaya Allah bersemayam. Ia akan memantulkan cahaya yang menerangi hidup. (Q.S. 24:35)

Jangan sampai di usia senja nanti, kita baru sadar bahwa selama ini kita mengisi gelas-gelas yang ternyata bocor.


Laa haula wa laa quwwata illa billah.


✍️ Rima Rumata

#familyjourney #storyteller #stifingenetikfakfak #stifingenetic #PengingatDiri #Bagicerita










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dan Negara yang baik dimulai dari manusia unggul berkualitas.

Dan Negara yang baik dimulai dari manusia unggul berkualitas. Kualitas manusia dimulai dari keluarga yang sehat mental. Keluarga yang sehat ...