Jangan Merasa Aman Jadi Ibu Rumah Tangga yang Lebih Banyak Waktunya di Rumah Bersama Anak.
Sudah satu bulan anggota baru hadir di keluarga kami, Adek Mekah. Karena masih bayi, caraku bicara otomatis lebih lembut.
Suatu malam, kedua anakku batuk, meski tidak bersamaan. Mekah batuk lebih dulu, Saya respon dengan lembut. Lalu giliran Abang Jadid batuk. Karena suaranya keras sampai membuat Mekah terbangun, refleks suaraku meninggi, “Ish, Abang Jadid, batuk pelan-pelan…”!
Tak disangka, Jadid langsung menanggapi “Nina toh, kalau Adek Mekah batuk, Nina sayang… kalau Abang Jadid, Nina marah,” Mukanya sedih.
Saya refleks tertawa, lalu buru-buru meminta maaf padanya. Tapi setelah itu, rasa bersalah mengendap. Saya membayangkan betapa inilah yang sering dirasakan seorang kakak tentang perlakuan yang berbeda dari orang tua, meski tanpa disengaja.
Lalu tersadar, menjadi ibu rumah tangga dan membersamai anak-anak setiap hari tidak otomatis membuat mereka merasa aman.
Malah Ironisnya, justru bapak yang tidak selalu hadir setiap saat sering diingat dengan lebih manis. Sentuhan kecil, momen kebersamaan yang jarang tapi hangat, bisa lebih awet di hati anak. Sedangkan ibu yang setiap hari membersamai, jika tidak hati-hati, malah diingat hanya sebagai “mama yang tukang marah.” Ternyata, bukan tentang durasi tapi perlakuan.
Saya jadi belajar dari para bapak. Bapak jarang bersama, tapi sekali hadir selalu hangat. Mama hadir terus, tapi rawan marah-marah. Maka 1 kemarahan yang tidak disengaja kita tutup dengan 5 kebaikan di hari itu. Dan semoga kelak, anak-anak berkata:
“Mama memang selalu ada, dan mama selalu hangat.”..💐🥹
✍️ Rima Rumata
#akademitrainerofficial#GerakanKontenBaik #akademitrainer #SpeakToChange #GrowAndContribute #familyjourney #storyteller #stifingenetikfakfak #stifingenetic #Pengingatdiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar