Di kelas Women and Science, saya diajak merenung lebih dalam kalimat “perempuan adalah tiang negara yang apabila perempuannya baik baiklah suatu negara. Berarti jika tiangnya kokoh, maka bangunannya tegak; jika rapuh, negara pun limbung.
Ternyata, makna “baik” di sini bukan semata soal pendidikan tinggi atau prestasi formal. Tapi tentang bagaimana perempuan menghargai dirinya, berdamai dengan perannya. Apalagi merasa tidak berharga hanya mengurus anak di rumah saja.
Karena saat perempuan larut dalam emosi-emosi rendah seperti sedih, marah, dendam, minder (mengutip level kesadaran David Hawkins) maka yang rapuh bukan hanya hati, tapi juga pijakan bangsa.
Bukan berarti perempuan bertanggung jawab atas negara ini. Tapi mari kita jujur kalau tiangnya sedang patah hati, bagaimana mungkin negara berdiri tegak? Seperti negara kita sekarang mau roboh!.
Sebaik-baik ilmu adalah yang mendekatkan kepada Allah, dan mustahil seorang perempuan bisa menghargai perannya, jika ia belum memahami mengapa Allah menciptakannya.
Refleksi dari kelas Women and Science bersama Ibu Maya Sukma Kiat
✍️ Rima Rumata
#akademitrainerofficial#GerakanKontenBaik #akademitrainer #SpeakToChange #GrowAndContribute #familyjourney #storyteller #stifingenetikfakfak #stifingenetic #Pengingatdiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar